KLASIFIKASI
ANEMIA
Anemia
didefi nisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah:
konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Anemia
merupakan gejala dan tanda penyakit tertentu yang harus dicari penyebabnya agar
dapat diterapi dengan tepat. Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme
independen yaitu berkurangnya produksi sel darah merah, meningkatnya destruksi
sel darah merah dan kehilangan darah. Gejala anemia disebabkan karena
berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan atau adanya hipovolemia.
Berdasarkan
pendekatan morfologi, anemia diklasifi kasikan menjadi anemia makrositik (mean
corpuscular volume / MCV > 100 fL) , anemia mikrositik (MCV < 80 fL)
dan anemia normositik (MCV 80-100 fL) .Gejala klinis, parameter MCV, RDW (red
cell distribution width), hitung retikulosit dan morfologi apus darah tepi
digunakan sebagai petunjuk diagnosis penyebab anemia. (Amaylia Oehadian. 2012).
Anemia
didefi nisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah:
konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Anemia selalu
merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya. Anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana berguna dalam evaluasi
penderita anemia. (Amaylia Oehadian. 2012).
Gejala anemia disebabkan oleh 2
faktor:
• Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan
• Adanya hipovolemia (pada penderita
dengan perdarahan akut dan masif )
Pasokan
oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan mekanisme kompensasi
peningkatan volume sekuncup, denyut jantung dan curah jantung pada kadar Hb
mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada
kadar Hb lebih tinggi selama aktivitas atau ketika terjadi gangguan mekanisme
kompensasi jantung karena penyakit jantung yang mendasarinya. Gejala utama
adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat istirahat, fatigue,
gejala dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat, jantung berdebar, dan roaring
in the ears). Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi, konfusi,
dan komplikasi yang mengancamjiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/atau
infark miokard).
Terdapat dua pendekatan untuk
menentukan penyebab anemia :
• Pendekatan kinetik
Pendekatan ini didasarkan pada mekanis-me
yang berperan dalam turunnya Hb.
• Pendekatan morfologi
Pendekatan ini mengkategorikan anemia
berdasarkan perubahan ukuran eritrosit (Meancorpuscular volume/MCV) dan
res-pons retikulosit.
Pendekatan
kinetik
Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme
independen:
• Berkurangnya produksi sel darah merah
• Meningkatnya destruksi sel darah merah
•
Kehilangan darah.
Berkurangnya
produksi sel darah merah
Anemia disebabkan karena kecepatan
produksi sel darah merah lebih rendah dari destruksinya. Penyebab berkurangnya
produksi sel darah merah:
•
Kekurangan nutrisi: Fe, B12, atau
folat;
dapat disebabkan oleh kekurangan diet, malaborpsi (anemia
pernisiosa, sprue) atau kehilangan darah (defisiensi Fe)
•
Kelainan sumsum tulang (anemia aplastik,
pure
red cell aplasia, mielodisplasia,
infl itrasi
tumor)
•
Supresi sumsum tulang (obat,
kemoterapi, radiasi)
•
Rendahnya trophic
hormone untuk
sti-mulasi produksi sel darah merah (eritro
poietin pada gagal ginjal, hormon tiroid [hipotiroidisme] dan
androgen [hipogonadisme])
•
Anemia penyakit kronis/anemia
inflamasi, yaitu anemia dengan karakteristik
berkurangnya Fe yang efektif untuk eritropoiesis karena
berkurangnya absorpsi Fe dari traktus gastrointestinal dan berkurangnya
pelepasan Fe dari ma-krofag, berkurangnya kadar eritropoietin dan sedikit
berkurangnya masa hidup erirosit. (Amaylia Oehadian. 2012).
Peningkatan
destruksi sel darah merah
Anemia hemolitik merupakan anemia yang
disebabkan karena berkurangnya masa hidup sel darah merah (kurang dari 100
hari). Pada keadaan normal, umur sel darah merah 110- 120 hari.2 Anemia
hemolitik terjadi bila sumsum tulang tidak dapat mengatasi kebutuhan untuk
menggganti lebih dari 5% sel darah merah/hari yang berhubungan dengan masa hidup
sel darah merah kira-kira 20 hari. (Amaylia Oehadian. 2012).
Klasifikasi Anemia :
1. Normokrom/normositik : warna sel darah
merah normal diberikan oleh konsentrasi hemoglobin
2. Mikrositik/hipokrom : penururan ukuran
dan warna sel darah merah oleh ketidak
adekuatan konsentrasi hemoglobin.
3. Makrositik : Sel darah merah berukuran
besar.
4. Anisositosis: ukuran sel darah merah
yang bervariasi
5. Poikilositosis : bentuksel darah merah
yang bervariasi. ( Jan Tambayong. 2000)
Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia
diklasifi kasikan menjadi1,3-5:
• Anemia
makrositik (gambar 1)
• Anemia
mikrositik (gambar 2)
• Anemia normositik (gambar 3) (Amaylia Oehadian. 2012).
Anemia
makrositik
Anemia makrositik merupakan anemia
dengan karakteristik MCV di atas 100 fL. Anemia makrositik dapat disebabkan
oleh.1,6:
•
Peningkatan retikulosit
Peningkatan MCV merupakan
karakteristik normal retikulosit. Semua keadaan yang menyebabkan peningkatan
retikulosit akan memberikan gambaran peningkatan MCV
•
Metabolisme abnormal asam nukleat pada
prekursor sel darah merah (defi siensi folat atau cobalamin, obat-obat yang
mengganggu sintesa asam nukleat: zidovudine, hidroksiurea).
•
Gangguan maturasi sel darah merah
(sindrom mielodisplasia, leukemia akut), Penyakit hati, Hipotiroidisme.
Anemia
mikrositik
Anemia mikrositik merupakan anemia
dengan karakteristik sel darah merah yang kecil (MCV kurang dari 80 fL). Anemia
mikrositik biasanya disertai penurunan hemoglobin dalam eritrosit. Dengan
penurunan MCH ( mean concentration hemoglobin) dan MCV, akan didapatkan gambaran
mikrositik hipokrom
pada apusan darah tepi. Penyebab
anemia mikrositik hipokrom1:
•
Berkurangnya Fe: anemia defi siensi
Fe, anemia penyakit kronis/anemia infl amasi, defi siensi tembaga.
•
Berkurangnya sintesis heme: keracunan logam,
anemia sideroblastik kongenital dan didapat.
•
Berkurangnya sintesis globin:
talasemia dan hemoglobinopati.
Anemia
normositik
Anemia normositik adalah anemia dengan
MCV normal (antara 80-100 fL). Keadaan ini dapat disebabkan oleh1-3:
•
Anemia pada penyakit ginjal kronik.
•
Sindrom anemia kardiorenal: anemia,
gagal jantung, dan penyakit ginjal kronik.
•
Anemia hemolitik:
·
Anemia
hemolitik karena kelainan intrinsik sel darah merah: Kelainan membran
(sferositosis herediter), kelainan enzim (defi siensi G6PD), kelainan
hemoglobin (penyakit sickle cell).
·
Anemia
hemolitik karena kelainan ekstrinsik sel darah merah: imun, autoimun (obat, virus,
berhubungan dengan kelainan limfoid, idiopatik), alloimun (reaksi transfusi
akut dan lambat, anemia hemolitik neonatal), mikroangiopati (purpura
trombositopenia trombotik, sindrom hemolitik uremik), infeksi (malaria), dan
zat kimia (bisa ular). (Amaylia Oehadian. 2012).
Terdapat
juga anemia aplastik. Anemia
aplastik didefinisikan sebagai pansitopenia yang disebabkan oleh aplasia sumsum
tulang. Pada anemia aplastik terdapat
pansitopenia sehingga keluhan dan gejala yang timbul adalah akibat dari
pansitopenia tersebut. Hipoplasia eritropoietik akan menimbulkan anemia dimana
timbul gejala-gejala anemia antara lain lemah, dyspnoe d’effort, palpitasi
cordis, takikardi, pucat dan lain-lain. Pengurangan elemen lekopoisis
menyebabkan granulositopenia yang akan menyebabkan penderita menjadi peka
terhadap infeksi sehingga mengakibatkan keluhan dan gejala infeksi baik
bersifat lokal maupun bersifat sistemik. Trombositopenia tentu dapat
mengakibatkan pendarahan di kulit, selaput lendir atau pendarahan di
organ-organ. Pada
kebanyakan pasien, gejala awal dari anemia aplastik yang sering dikeluhkan
adalah anemia atau pendarahan, walaupun demam atau infeksi kadang-kadang juga
dikeluhkan (Solander,2006).
1. Anemia defisiensi Besi :
Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada
sintesis Hb, mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer.
2. Anemia Megaloblastik
Defisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan
gangguan pada sintesis timidin dan defek pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor sel
darah (megaloblas) di sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak efektif,
dan pansitopenia.
3. Anemia Aplastik
Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah akibat
hiposelularitas. Hiposelularitas ini dapat terjadi akibat paparan racun,
radiasi, reaksi terhadap obat atau virus, dan defek pada perbaikan DNA serta
gen.
4. Anemia Mieloptisik
Anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum tulang
oleh infiltrate sel-sel tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan eritroid pada tahap awal.
(wikipedia).
DAFTAR PUSTAKA
·
Oehadian,
Amaylia. 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia.
Bandung : CDK-194/ vol. 39 no.
6, Hal. 407-412.
·
Salonder H. Maciejewski J. The Pathophysiology of Acquired
Aplastic
Anemia. Available in URL:
HYPERLINK http:// content.nejm.
org/cgi/content/fill/336/19/.
·
Tambayong,
Jan. 2000. Patofosiologi Untuk Keperawatan. Jakarta. EGC.
·
https://id.wikipedia.org/wiki/Anemia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar