Selasa, 17 Desember 2013

LEPTOSPIROSIS


drh. Sesmita Oktora

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp.  dan dapat menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini memiliki banyak sekali jenis sehingga sulit mendapatkan kekebalan melalui vaksinasi. Untuk menghindari tertularnya penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi, tapi hanya efektif untuk beberapa jenis (strain) saja.

Penyebaran

Leptospirosis menular antar hewan terjadi melalui kontak dengan urin hewan yang terinfeksi, melalui kontak kelamin pada saat pacak (venereal) dan penularan induk ke janin (placental) dan atau luka gigitan. Peningkatan infeksi paling sering terjadi di kennel. Penularan secara tidak langsung terjadi karena terkontaminasinya sumber air, tempat makanan, tempat minuman dan bahkan kandang. Habitat Leptospira yaitu pada air yang tergenang dan air yang mengalir lambat. Biasanya penyakit akan meningkat pada musim banjir. Pada daerah kering, infeksi terjadi di daerah sumber air. Tikus adalah salah satu hewan yang biasa disebut sebagai hewan carrier yang dapat menyebarkan bakteri ini.

Harapan hidup Leptospira akan berkurang apabila di bekukan. Hal ini menjelaskan kenapa infeksi lebih sering terjadi pada daerah tropis dan dapat terjadi setiap saat.


Infeksi

Leptospira penetrasi dan memperbanyak diri pada membran mukosa atau kulit lalu akan masuk ke dalam aliran darah. Selanjutnya akan menginfeksi organ ginjal, hati, limpa, sistem saraf, mata dan saluran pencernaan. Bakteri ini lebih tahan lama dalam organ ginjal dan dapat bertahan selama beberapa minggu atau sampai sebulan dalam urin. Setelah 7-8 hari post infeksi, hewan akan dapat bertahan, kerusakan pada hati dan ginjal tidak terlalu kelihatan.


Gejala

Pada kejadian akut hewan akan mengalami panas tinggi, menggigil, dan otot menjadi lemah. Muntah dan dehidrasi. Beberapa kasus anjing akan mengalami Suhu badan rendah (hipotermia) dan dapat terjadi kematian sebelum kerusakan pada hati dan ginjal terlihat.

Pada infeksi subakut, gejala yang terlihat antara lain, demam, muntah, nafsu makan menurun, dehidrasi, dan rasa haus yang meningkat. Anjing akan menjadi pendiam/malas karena rasa sakit pada otot dan ginjal. Gangguan pada organ hati akan menimbulkan warna kuning pada kulit dan selaput lendir (ikterus). Gangguan pada hati dan ginjal akan terlihat setelah infeksi berjalan selama 2-3 minggu. Pada anjing yang mengalami infeksi kronik atau tanpa gejala (subklinik) tidak memperlihatkan gejala yang signifikan. Bakteri akan berada dalam urin selama berbulan-bulan bahkan sampai tahunan.


Terapi

Pemberian antibiotik seperti penisillin dan derivatnya, infus untuk mengatasi dehidrasi, dan kontrol muntahnya merupakan realisasi dari gangguan hati dan ginjal. Perawatan yang intensif dibutuhkan pada saat hewan menunjukkan gejala penyakit dan kemungkinan harus diberikan pengobatan setelahnya untuk mencegah hewan tersebut menjadi hewan carrier.


Pencegahan dan vaksinasi

Karena manusia dapat tertular maka jagalah kebersihan hewan, tempat makanan, tempat minuman, kandang dan hal-hal yang berpotensial yang dapat terkontaminasi oleh bakteri Leptospira.

Vaksinasi adalah salah satu cara untuk memproteksi hewan dari infeksi Leptospira. Saat ini vaksin yang ada belum dapat memproteksi hewan dari semua strains Leptospira. Pada kucing tidak tersedia vaksin Leptospira karena infeksi pada kucing sangat jarang terjadi.

Vaksin Leptospira dapat memproteksi anjing selama 6-8 bulan. Anjing dengan tingkat infeksi yang tinggi dapat dilakukan vaksinasi dua kali dalam setahun. Vaksinasi pada anjing di bawah 8 minggu sebaiknya tidak menggunakan vaksin yang mengandung Leptospira. Biasanya dokter hewan memberikan vaksinasi pertama pada anjing umur 12-16 minggu. Di karenakan infeksi Leptospira yang dapat berakibat fatal maka disarankan bagi anda yang memiliki anjing untuk berkonsultasi dengan dokter hewan anda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar