Senin, 28 September 2015

ANTISEPTIK

TUGAS FARMAKOLOGI VETERINER II
ANTISEPTIK



Oleh :
Muhammad Aroza ( 1302101010164)
Kelas : 02

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015


KATA PENGANTAR

Segala   puji   hanya   milik   Allah  SWT.   Shalawat   dan   salam   selalu tercurahkan kepada  Rasulullah  SAW.   Berkat  limpahan  nikmat  dan  rahmatNYA penyusun  mampu menyelesaikan   tugas   ini  guna  memenuhi  tugas   mata  kuliah Farmakologi Veteriner II. Dalam  penyusunan  tugas  atau  materi  ini,  tidak  sedikit  hambatan  yang penulis  hadapi.  Namun  penulis  menyadari  bahwa  kelancaran  dalam  penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Tugas  ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mengenai antiseptik yang berhubungan dengan dunia kedokteran hewan,  yang  disajikan  berdasarkan  pengamatan  dari  berbagai  sumber  informasi dan  referensi. Semoga tugas ini dapat memberikan wawasan  yang lebih luas dan menjadi sumbangan  pemikiran  kepada  pembaca  khususnya  para  mahasiswa  Fakultas Kedokteran  Hewan  Universitas  Syiah  Kuala.  Saya  sadar  bahwa  tugas  ini  masih banyak  kekurangan  dan  jauh  dari  sempurna.  Untuk  itu  kepada pembaca     saya   meminta   masukannya   demi   perbaikan   pembuatan   tugas  di  masa  yang  akan  datang.




Banda Aceh, 29 juli 2015
Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar        ........................................................................................... i
Daftar Isi                   ........................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang   ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan                 ........................................................................................... 1
1.3  Rumusan Masalah......................................................................................... 1  
BAB II Pembahasan
2.1  Pengertian Antiseptik serta ciri antiseptik
yang baik dan ideal......................................................................................... 2
2.2  Fakto yang mempengaruhi daya kerja antiseptik
Serta mekanisme kerja dari antiseptik  ...........................................................  4
2.3  Penggolongan antiseptik serta kelebihan dan
kekurangan dari berbagai macam jenis antiseptik........................................... 5
BAB III Kesimpulan
3.1 Kesimpulan                                                                                                       11
Daftar Pustaka                                                                                                     12







BAB I
PENDAHULUAN

2.4      Latar Belakang
Antiseptik ialah obat yang dapat meniadakan atau mencegah keadaan sepsis.Antiseptik ialah zat yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan  mikrooranisme, biasanya merupakan sediaan yang digunakan pada jaringan hidup.
 Antiseptik selalu digunakan dalam berbagai kondisi medis baik untuk membersihkan luka terbuka ataupun disaat persiapan operasi di akan diberikan antiseptik terlebih dahulu untuk mencegah bakteri bertumbuh dan masuk ke dalam bagian operasi tersebut.
Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati. Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup.

2.5             Tujuan
12.1 Mahasiswa memahami apa yang dimaksud antiseptik  serta mengetahui
 masing masing kelebihan dan kekurangan dari beberapa antiseptik.

2.6  Rumusan Masalah
2.6.1   Apa yang dimaksud antiseptik serta bagaimana ciri antiseptik yang baik dan ideal?
2.6.2   Faktor apa saja yang mempengaruhi daya kerja antiseptik dan bagaimana mekanisme kerja antiseptik?
2.6.3   Apa saja golongan golongan antiseptik dan bagaimana kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam antiseptik tersebut ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Antiseptik
            Antiseptik adalah suatu substansi untuk melawan infeksi atau mencegah
pertumbuhan atau kerja mikroorganisme dengan cara menghancurkannya ataupun
menghambat pertumbuhannya serta aktifitasnya. Istilah desinfektan dibedakan dari antiseptik dalam hal penggunaanya. Untuk desinfektan biasanya digunakan pada bendabenda atau materi tidak hidup, sedangkan antiseptik digunakan untuk jaringan hidup.
            Antiseptik adalah zat zat yang membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Istilah ini terutama digunakan untuk sediaan yang dipakai pada jaringan hidup. (Staff pengajar departement farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009).
Antiseptik merupakan zat yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme yang hidup di permukaan tubuh. Mekanisme kerja antiseptik ini antara lain merusak lemak pada membran sel bakteri atau dengan cara menghambat salah satu kerja enzim pada bakteri yang berperan dalam biosintesis asam lemak (Isadiartuti & Retno, 2005).
Antiseptik terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada luka. Sediaan antiseptik dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka iris, luka lecet dan luka bakar ringan. Penerapan antiseptik pada luka mungkin perlu diikuti tindakan lain seperti pembersihan dan penutupan luka dengan pembalut agar tetap bersih dan terjaga.

Selain itu, antiseptik juga dapat digunakan untuk:
·         Disinfeksi tangan: menjadi pengganti atau menyempurnakan membasuh tangan dengan air. Tenaga medis dan paramedis harus melakukan disinfeksi tangan dengan antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis.
·         Disinfeksi pra-tindakan: antiseptik diterapkan ke lokasi tindakan untuk mengurangi flora kulit.
·         Disinfeksi membran mukosa: irigasi antiseptik dapat ditanamkan ke dalam uretra, kandung kemih atau vagina untuk mengobati infeksi atau membersihkan rongga sebelum kateterisasi.
·         Disinfeksi mulut dan tenggorokan: Obat kumur antiseptik dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi mulut dan tenggorokan.

 Antiseptikyang baik memiliki persyaratan sebagai berikut :
·      Memiliki spektrum yang luas
·      Tidak meransang kulit maupun mukosa (tidak mengiritasi)
·      Toksisitan dan daya adsorbsi melalui mukosa dan kulit rendah
·      Efek kerjanya cepat dan bertahan lama
·      Efektifitas kerjanya tidak terpengaruh oleh adanya darah dan nanah.
(Darmadi. 2008).
Menurut submer lain antiseptik yang ideal diantaranya :
·      Efektifitas germisid tinggi
·      Bersifat letal terhadap mikroorganisme
·      Kerjanya cepat dan tahan lama
·      Spektrum sempit terhadap mikroorganisme yang sensitive
·      Tegangan permukaan yang rendah untuk penggunaan topikal
·      Indeks terapi tinggi
·      Tidak memberikan efek sistemik bila diberikan secara topikal dan tidak diadsorbsi.
(Staff pengajar departement farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009)


2.2 Faktor Faktor yang mempengaruhi efektifitas antiseptik
·      Faktor Antiseptik
a.    Konsentrasi
Adanya perbedaan efek misalnya pada penggunaan fenol, bila konsentrasinya dibawah 1% mempunyai efek bakteriostatik. Tetapi bila konsentrasinya diatas 1,5% mempunyai efek bakterisid.
b.    PH
Efek klorheksidin lebih kuat pada PH 6 daripada PH 9. Juga asam benzoat dan ester esternya lebih aktif pada PH asam
c.       Zat Pelarut
Klorheksidin dalam larutan alkohol kerjanya fungisid. Sedangkan dalam larutan air hanya berdaya fungisid rendah.
·      Faktor Mikroba
Semakin banyak jumlah mikroba semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk membunuhnya. Bentuk Endospora lebih sulit dibunuh, sedangkan bentuk vegetatif memiliki kepekaan yang bervariasi.
·                Faktor Lingkungan
Adanya bahan organik misalnya pus, darah, saliva atau feces dapat menurunkan kerja antiseptik.
·                Waktu Pemaparan
Larutan iodine 4% membunuh kuman dalamwaktu 1 menit, sedangkan larutan 1% membutuhkan waktu 4 menit. (Darmadi. 2008)
Antiseptik bekerja melalui bebecara diantaranya :
·      Merusak dinding sel
·      Mengganggu sistem enzime kuman
·      Mendenaturasi protein
·      Merusak asam nukleat. (Darmadi. 2008)


2.3 Macam Macam Antiseptik Serta Kelebihan dan Kekuranganya
            Dalam garis besarnya antiseptik dibagi kedalam beberapa golongan :
1.      Alkohol
2.      Halogen dan senyawanya
·         Iodium
·         Povidon iodine
·         Yodoform
·         Klorheksidin
3.      Oksidansia
·         Kalium permanganat
·         Perhidrol
4.      Logam berat dan Garamnya
·         Merkuri klorida (subllimat)
·         Merkurokrom (obat merah)
5.      Asam
·         Asam borat
6.      Turunan fenol
·         Trinitrofenol
·         Heksaklorofen
7.      Basa amonium
·         Etakridin (rivanol)
·      Alkohol
Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan cara menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang biasanya dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk mensterilkan kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan dan tindakan medis lain. Alkohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena menimbulkan rasa terbakar.
Jenis alkohol yang digunakan sebagai antiseptik adalah etanol (60-90%), propanol (60-70%) danisopropanol (70-80%) atau campuran dari ketiganya. Metil alkohol (metanol) tidak boleh digunakansebagai antiseptik karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan gangguan saraf dan masalah penglihatan. Metanol banyak digunakan untuk keperluan industri.
Keuntungan :
Cepat membunuh jamur dan bakteri termasuk mikrobakteri; isopropil alkohol membunuh sebagian besar virus, termasuk HBV dan HIV; etil alkohol membunuh semua jenis virus.
Walaupun alkohol tidak mempunyai efek membunuh yang persisten, pengurangan cepat mikroorganisme di kulit, melindungi organisme tumbuh kembali bahkan di bawah sarung tangan selama beberapa jam.
Relatif murah dan tersedia di mana-mana.

Kerugian :
Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau propilen glikol) untuk mencegah pengeringan kulit.
Mudah pengeringan kulit.
Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik.
Mudah terbakar sehingga perlu disimpan di tempat dingin atau berventilasi baik.
Merusak karet atau lateks.
Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih.

·      Yodium dan iodofor
Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan beralkohol (disebut yodium tinktur) untuk sterilisasi kulit sebelum dan sesudah tindakan medis. Larutan ini tidak lagi direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka ringan karena mendorong pembentukan jaringan parut dan menambah waktu penyembuhan. Generasi baru yang disebut iodine povidone (iodophore), sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka, dan meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat menciptakan efek berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik dengan iodine povidoneadalah betadine.
Keuntungan antiseptik berbasis yodium adalah cakupan luas aktivitas antimikrobanya. Yodium menewaskan semua patogen utama berikut spora-sporanya, yang sulit diatasi oleh disinfektan dan antiseptik lain. Beberapa orang alergi terhadap yodium. Tanda alergi yodium adalah ruam kulit kemerahan, panas, bengkak dan terasa gatal.
 Keuntungan
·  Efek antimokrobial spektrum luas.
·  Preparat yodium cair murah, efektif, dan tersedia di mana-mana.
·  Tidak mengiritasi kulit atau selaput lendir, dan ideal untuk pembersihan vaginal.
·  Larutan 3% tidak menodai kulit.

Kerugian :
·  Efek antimikrobial lambat atau perlahan.
·  Iodofor mempunyai efek residual yang kecil.
·  Cepat diinaktivasi oleh material organik seperti darah atau dahak.
·  Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit dan harus dibersihkan dari kulit sesudah kering (pakai alkohol).
·  Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan hiptiroidisma pada bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya
·  Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi.

·      Klorheksilenol
Kloroheksilenol (para-kloro-metaksilenol atau PCMX) adalah devisi halogen dari silenol yang luas tersedia dalam konsentrasi 0,5-4%. Kloroheksilenol memecahkan mikroorganisme dengan memecah dinding sel. Hal ini merupakan penghapus kuman yang beraktivitas rendah (Fevero, 1985) dibandingkan dengan alkohol, yodium, iodofor dan kurang efektif dalam menurunkan flora kulit daripada CHG atau iodofor (Sheen dan Stiles, 1982). Karena ia menembus kulit, dapat beracun jika dioleskan pada beberapa bagian dari tubuh, dan tidak boleh digunakan pada bayi. Meskipun, produk komersil dengan kloroheksilenol dengan konsentrasi di atas 4% tidak boleh digunakan.

Keuntungan :
·         Aktivitas bersepektrum luas.
·         Hanya sedikit efeknya terhadap materi organik.
·         Efek residu tahan sampai beberapa jam.
·         Minimal efek oleh bahan organik.

Kerugian :
·         Diinaktivasi oleh sabun (surfaktan nonionik), penggunaan untuk persiapan kulit berkurang.
·         Tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir, karena dapat menyerap dengan cepat dan potensial meracuni.

· Triklosan
Triklosan adalah subtansi tidak berwarna yang terdapat dalam sabun sebagai antimikrobial. Konsentrasi 0,2-2,0% mempunyai aktivitas antimikrobial sedang terhadap koki gram positif, mikobakteria dan jamur, tapi tidak terhadap baksil gram negatif, khususnya P aeruginosa (Larson 1995). Meskipun perhatian ditujukan pada resistensi terhadap bahan ini bisa berkembang lebih siap dari bahan antiseptik lain, resistensi pada flora kulit tidak ditemukan penelitian klinis sampai saat ini.

Keuntungan :
·      Aktivitas berspektrum luas.
·      Persistensi sangat bagus.
·      Sedikit efeknya oleh bahan organik.

Kerugian :
·      Tidak ada efeknya terhadap P aeruginosa atau baksil gram negatif lain.
·      Bakteriostatik (hanya mencegah pertumbuhan). 

·  Hidrogen peroksida
Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan luka dan borok. Larutan 3% lebih umum digunakan untuk pertolongan pertama luka gores atau iris ringan di rumah. Hidrogen peroksida sangat efektif memberantas jenis kuman anaerob yang tidak membutuhkan oksigen. Namun, oksidasi kuat yang ditimbulkannya merangsang pembentukan parut dan menambah waktu penyembuhan. Untung mengurangi efek sampingnya, hidrogen peroksida sebaiknya digunakan dengan air mengalir dan sabun sehingga paparannya terbatas. Jika menggunakan hidrogen peroksida sebagai obat kumur, pastikan Anda mengeluarkannya kembali setelah berkumur.

·       Etakridin laktat (rivanol)
Etakridin laktat adalah senyawa organik berkristal kuning oranye yang berbau menyengat. Penggunaannya sebagai antiseptik dalam larutan 0,1% lebih dikenal dengan merk dagang rivanol. Tindakan bakteriostatik rivanol dilakukan dengan mengganggu proses vital pada asam nukleat sel mikroba. Efektivitas rivanol cenderung lebih kuat pada bakteri gram positif daripada gram negatif. Meskipun fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis lain, rivanol memiliki keunggulan tidak mengiritasi jaringan, sehingga banyak digunakan untuk mengompres luka, bisul, atau borok bernanah. Bila Anda memiliki bisul di pantat, duduk berendam dalam larutan rivanol dapat membantu mempercepat penyembuhannya. Untuk luka kotor yang berpotensi infeksi lebih besar, penerapan jenis antiseptik lain yang lebih kuat disarankan setelah luka dibersihkan.

·      Asam borat
   Digunakan dalam pengobatan infeksi ragi vagina , pada rambut/bulu mata, dan sebagai antivirus untuk mempersingkat durasi serangan sakit dingin. Dimasukkan ke dalam krim untuk luka bakar .
























BAB III
KESIMPULAN

3.1 kesimpulan
·        Antiseptik adalah zat zat yang membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Istilah ini terutama digunakan untuk sediaan yang dipakai pada jaringan hidup.
·        Antiseptik dapat bersifat bakteriostatik maupun bakteriosid
·        Antiseptik bekerja melalui bebecara diantaranya :
·                Merusak dinding sel
·                Mengganggu sistem enzime kuman
·                Mendenaturasi protein
·                Merusak asam nukleat.
·         Hal hal yang dapat mempengaruhi kerja antiseptik diantaranya :
a.       Faktor antiseptik  yaitu Konsentrasi, PH, Waktu pemaparan, dan Zat pelarut pelarut
b.      Faktor mikroba seperti jumlah mikroba yang menginfeksi
c.       Faktor lingkungan
·         Ciri antiseptik yang baik diantaranya :
a.       Efektifitas germisid tinggi
b.      Bersifat letal terhadap mikroorganisme
c.       Kerjanya cepat dan tahan lama
d.      Spektrum sempit terhadap mikroorganisme yang sensitive
e.       Tegangan permukaan yang rendah untuk penggunaan topikal
f.       Indeks terapi tinggi
g.      Tidak memberikan efek sistemik bila diberikan secara topikal dan tidak diadsorbsi.



DAFTAR PUSTAKA

·         Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial. Jakarta : Salemba Medika.

·         Isadiartuti & Retno, 2005. Isadiartuti, D. dan S. Retno. 2005. Uji Efektifitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan yang Mengandung Etanol dan Triklosan. Majalah Farmasi Airlangga, 5(3), hal 27.


·  Staff pengajar departement farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : EGC.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar