Senin, 28 September 2015

LOKASI KONSERVASI DI INDONESIA DAN PENYAKIT SATWA LIAR


TUGAS ILMU PENYAKIT DAN KONSERVASI SATWA LIAR
“Lokasi Konservasi Burung di Indonesia dan penyakit Aspergillosis dan Bumble Foot pada burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dan burung elang hitam (Ictinaetus malayensis)   ”


Oleh :
Muhammad Aroza ( 1302101010164)
Ruang 03

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015

KATA PENGANTAR

Segala   puji   hanya   milik   Allah  SWT.   Shalawat   dan   salam   selalu tercurahkan kepada  Rasulullah  SAW.   Berkat  limpahan  nikmat  dan  rahmatNYA penyusun  mampu menyelesaikan   tugas   ini  guna  memenuhi  tugas   mata  kuliah tugas ilmu penyakit dan konservasi satwa liarDalam  penyusunan  tugas  atau  materi  ini,  tidak  sedikit  hambatan  yang penulis  hadapi.  Namun  penulis  menyadari  bahwa  kelancaran  dalam  penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Tugas  ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mengenai penyakit pada burung di lokasi konservasi, yang berhubungan dengan dunia kedokteran hewan,  yang  disajikan  berdasarkan  pengamatan  dari  berbagai  sumber  informasi dan  referensi. Semoga tugas ini dapat memberikan wawasan  yang lebih luas dan menjadi sumbangan  pemikiran  kepada  pembaca  khususnya  para  mahasiswa  Fakultas Kedokteran  Hewan  Universitas  Syiah  Kuala.  Saya  sadar  bahwa  tugas  ini  masih banyak  kekurangan  dan  jauh  dari  sempurna.  Untuk  itu  kepada pembaca     saya   meminta   masukannya   demi   perbaikan   pembuatan   tugas  di  masa  yang  akan  datang.



Banda Aceh, 8 Agustus 2015.
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Konservasi merupakan upaya yang dilakukan berupa tindakan pelestarian terhadap flora ataupun fauna, yang dalam setiap tindakanya berlandaskan dan dilindungi oleh Undang Undang. Konservasi fauna seperti burung di Indonesia disebar kedalam beberapa lokasi strategis bagi burung dan  menjadi tempat keberlangsungan hidup beberapa spesies burung liar yang statusnya terancam punah dan dilindungi.
            Tindakan konservasi bertujuan untuk melindungi burung burung liar dengan status terancam punah dari perburuan liar, pengerusakan lahan, dan perjual belian burung liar baik dalam taraf nasional maupun internasional. Dalam daerah konservasi dilakukan program menejement pelestarian yang baik agar burung burung liar dengan status terancam punah dapat terus berkembang biak dan menghindarikanya dari kepunahan.

1.2  Tujuan
1.2.1    Mahasiswa mengetahui lokasi lokasi konservasi burung di Indonesia dan mengetahui penyakit apa saja yang dapat menyerang burung dilokasi konservasi.

1.3  Rumusan Masalah
1.3.1    Dimana saja terdapat lokasi Konservasi (Penangkaran) burung di
Indonesia serta apa saja penyakit penyakit yang umum menyarang burung dilokasi konservasi ?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lokasi Konservasi Burung Liar Di Indonesia Dan Penyakit Penyakit
      yang Umum Menyerang Burung Liar di Lokasi Konservasi.

1.      Lokasi Konservasi Burung Di Daerah Jawa
‘’Cagar alam pulau Dua’’ didaerah banten menjadi cagar alam burung yang cukup besar di Jawa. Wilayah ini dikatakan sebagai surga burung di teluk Banten. Wilayah ini memiliki berbagai satwa langka burung Endemik seperti burung Elang jawa (Spizaetus bartels), burung enggang atau rangkong, dan burung burung liar lainya yang dilindungi. Selain itu terdapat juga lokasi cagar alam burung di kepulauan seribu yaitu terdapat pada ‘’pulau rambut’’ dan ‘’pulau kotok besar’’ yang didalamnya terdapat puluhan spesies burung dilindungi seperti Elang Bondol (Haliastur indus), cagak abu (Ardea cinerea), kuntul besar (Egretta alba), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul karang (Egretta sacra), bluwok (Mycteria cinerea), roko-roko (Plegadis falcinellus),dan masih banyak spesies lainya. Lokasi cagar alam lainya yang terdapat burung liar yang dilindungi  di pulau jawa antara lain : Cikananga di Sukabumi, cagar alam Muara angke, Bawean, Gunung Sawal, Gunung Tunggangan, dll. Didaerah Bogor juga terdapat TamanSafari Indonesia 1 yang didalamnya terdapat bermacam macam burung dilindungi.

2.      Lokasi Konservasi Burung Di Daerah Sumatra
Cagar Alam burung di daerah Sumatra antara lain adalah ‘’Balai Raja’’ didaerah Bengkalis Riau, ‘’Dangku’’ didaerah Sumatra Selatan,  ‘’Karanggading’’ di Sumatra Utara dan masih banyak lagi. Burung burung yang ada didalam cagar alam tersebut antara lain Enggang Bermahkota(Tockus alboterminatu) , Rangkong Dompet (Rhyticeros plicatus)  dan burung elang hitam.

3.      Lokasi Konservasi burung di daerah Kalimantan
‘’Pulau sesama’’ di daerah Kalimantan Timur, dan daerah ‘’Pelaihari’’ di Kalimantan selatan, serta pulau ‘’lamandau di Kalimantan Tengah, menjadi cagar alamyang memiliki banyak spesies burung yang dilindungi seperti Burung Rangkong, Burung raja udang (Alcedo euryzona), dan burung cucak rowo (Pycnonotus zeylanicus).  Terdapat juga Taman Nasional Gunung Palung yang memiliki sekitar 192 spesies burung  danmerupakan salah satu kawasan hutan yang paling penting di Kalimantan

4.      Lokasi Konservasi burung di Nusa Tenggara Timur dan Barat
‘’Pulau AleAsisio’’ dan ‘’danau Tudale’’ merupakan contoh cagar alam burung  di NusaTenggara Timur, Sedangkan ‘’Tambora Selatan’’ merupakan cagar alam burung di Nusa Tenggara Barat. Contoh burung yang terdapat pada lokasi inidiantaranya yaitu burung nuri ( Eclectus roratus), kaka tua jambul (Eclectus roratus), dan burung beo (Gracula), serta masih banyak spesies burung lainya.

5.      Lokasi Konservasi burung di Sulawesi
Pulau ‘’Bakiriang’’di Sulawesi tengah,  Buton utara, Santigi dan Karakelang merupakancontoh daerah cagar alam burung  di Sulawei. Burung burung yang terdapat diwilayah ini antara lain Rangkong badak (buceros rhinoceros), bangau tongtong (Leptoptilos javanicus) , Pelikan(Pelecanus conspicilatus), dan burung Maleo (Macrocephalon maleo),serta masih banyak spesies burung lainya yang terdapat pada wilayah cagar alam ini.


6.      Lokasi Konservasi Burung di daerah Papua
Pulau ‘’Foja’’, “kumolon” dan wilayah “Jaya Wiajaya” merupakan beberapa contoh wilayah cagar alamyang terdapat dipapua. Burung burung yang terdapat diwilayah ini antara lain :  Burung cendrawasih  yang berasal dari famili Paradisaeidae dan  ordo Passeriformes merupakan burung endemik papua yang sangat indah dan menjadi kebanggan rakyat Papua, selain itu juga terdapat burung Maleo (Macrocephalon maleo), kaka tua jambul (Eclectus roratus), dan masih banyak spesies burung lainya didaerah ini.

Penyakit Yang Menyerang Burung Di Daerah Konservasi
1.     Aspergillosis pada burung elang jawa (Spizaetus bartelsi) yang ditangkarkan di Taman Safari Indonesia 1.

Berdasarkan penelitian Sukardi Hastiano dan kawan kawan tahun 1995,  terjadi kasus Aspergillosis yang menyerang Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) yang berasal dari penangkaran Taman Safari Indonesia 1. Burung elang Jawa (Javan Hawk-eagle) dengan merupakan sejenis burung liar pemangsa daging yang hidup di beberapa kawasan di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dan Pulau Bali, yang dalam klasifikasi burung tergolong Ordo' Falconiformes dan Famili Accipitridae.
Upaya yang dilakukan oleh Taman Safari Indonesia untuk melestarikan hewan hewan langka, termasuk burung elang Jawa ini patut dihargai, karena dengan cara demikian kepunahan jenisjenis hewan langka dapat dicegah, atau sekurang kurangnya dapat dihindari. Namun risikonya adalah bahwa jika burung-burung yang biasa hidup bebas ditangkap, kemudian dikurung dalam sangkar atau tempat terkungkung, maka kemungkinan timbulnya berbagai penyakit, misalnya penyakit mikotik, sangat besar sekali, seperti yang teriadi pada kasus aspergillosis.
Kasus aspergillosis pada burung elang jawa penyebab utamanya adalah aspergillosis niger dan Aspergillosis Fumigatus dengan Organ tubuh utama yang diserang adalah paru-paru dan kantong udara.
Patogenesa Penyakit Aspergillosis Pada Burung Elang Jawa
Kejadian aspergillosis umumnya menyerang burung burung pemakan biji bijian, karna pakan tersebut merupakan substrat yang cocok untuk perkembangan Aspergillus spp. Burung elang, terutama yang hidup bebas, lebih kecil peluangnya menderita aspergillosis dibandingkandengan burung pemakan bebijian . Namun, sebagian besar burung yang biasa hidup bebas, apabila mengalami stres, misalnya ditangkap, kemudian dikurung atau dipelihara di tempat yang ruang geraknya terbatas, akan lebih peka terhadap gangguan penyakit, terutama aspergillosis akan lebih ditunjang apabila lingkungannya tidak cocok dan tidak menyenangkan, misalnya kelembaban udara yang tinggi dan di sekitarnya banyak terdapat sumber infeksi seperti rumput kering, jerami, dedak, serbuk gergaji,  dan bahan lain yang membusuk. Bahan-bahan ini merupakan substrat yang ideal bagi pertumbuhan kapang Aspergillus. (Sukardi,Dkk. 1995)
Gejala Klinis Penyakit Aspergillosis Pada Burung Elang Jawa
Gejala klinis dari burung elang yang terkena aspergillosis adalah berupa muntah, anoreksia, letargi dan rongga mulut penuh bercak bewarna putih. Terlihat lesu, tremor, dan tortikolis.
Gejala Patologi Anatomi Aspergillosis Pada Burung Elang Jawa
      peradangan pada paru-paru (pneumonia) dan kantong udara (airsacculitis)
      pada langit-langit paruh bagian atas, paru-paru, kantong udara, dan dinding abdomen terdapat bercak nodul bewarna putih kekuningan yang bersifat milier.
      hati rapuh bewarna belang merah kehitaman.
      pada usus terdapat benjolan keras serupa polip sehingga ada tanda-tanda stagnasi cairan di kloaka.
      pembengkakanlimpa yang bewarna pucat dan berbintikbintikkekuningan . (Sukardi,Dkk. 1995)
Gejala Histopatologi Aspergillosis Pada Burung Elang Jawa
      Usus sangat menebal (hiperplastis) pada bagian vili, sedangkan dinding mukosanya diinfiltrasioleh limfosit.
      Hati mengalami pembendungan, degenerasi perlemakan multifokal dan infiltrasi limfosit di
            daerah periportal .
      Limpa mengalami nekrosis multifokal yangsangat nyata di daerah korteks dan medula,sehingga tekstur normal jaringan tidak tampak lagi
      Paru-paru mengalami pembendungan umum, terjadi jaringan granuloma mencolok yang kontras dengan jaringan normal di sekitarnya. dikelilingi oleh sel-sel radang aktif yang didominasi oleh limfosit dan makrofag, fibrindan hifa kapang. Hifa kapang ini selain bercabang- cabang juga bersekat-sekat. (Sukardi,Dkk. 1995)


Hasil Pemeriksaan Mikologi Aspergillosis pada burung elang Jawa
·         Aspergillosis Niger
Koloni kapang yang tumbuh, terutama yang berasal dari pembiakan kantong udara abdominal, bewarna hitam beraspek seperti beludru kasar.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak konidiofora yang berdinding kasar, di ujungnya terdapat vesikel yang membulat dikelilingi oleh 2 deret sterigmata, sedangkan diujung vialida ditemukan rantai konidia yang panjang bewarna hitam. Gambaran morfologi makroskopik dan mikroskopik seperti ini menunjukkan bahwa kapang tersebut adalah Aspergillus niger.
Gambar Hasil Pemeiksaan Mikroskopis Aspergillosis Niger


·         Aspergillus Fumigatus
Koloni kapang yang tumbuh, terutama yang dari pembiakan paru-paru, bewarna hijau-kelabu-kebiruan beraspek seperti beludru halus .
Pada pemeriksaan mikroskopik, konidiofora kapang berdinding halus, berujung vesikel yang lonjong dikelilingi oleh sederet sterigma, dan di ujung vialidanya terdapat rantai konidia yang panjang bewarna hijau-kelabu . Morfologi makroskopik dan makroskopik yang demikian merupakan ciri khas bagi Aspergillus fumigatus.

Langkah Pencegahan Aspergillosis pada burung yang ditangkarkan
Pada hewan hewan karnivora kasus Aspergillosis paling sering terjadi karna ketidak cocokan lingkungan seperti keadaan kandang yang terlalu lembab, dan banyaknya bahan bahan organik di sekitar kandang yang mengalami pembusukan sehingga menjadi tempat kapang Aspergillus tumbuh. Mikosis oportunistik juga bisa terjadi pada hewan hewan yang sedang mengalami penurunan sistem pertahanan tubuh.
Langkah langkah pencegahan yang harus dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan kandang tempat hewan tinggal dan juga mengontrol  lingkungan agar sesuai dengan fisiologis dan psikologis hewan tersebut. Pemberian obat dan vitamin penunjang daya tahan tubuh hewan juga dianjurkan.
Pengobatan Aspergillosis pada Burung Elang Jawa Yang Ditangkarkan
Aspergillus niger dan Aspergillus fumigatus merupakan kapang yang menyebabkan mikosis sistemik. Therapy untuk mikosis sistemik dapat menggunakan : Amfoterisin B, Flusitosin, Imidazol ( Ketoconazol), Flokonazol, dan Hidroxitilbamidin.

2.  Bumble foot (pododermatitis) pada burung elang hitam (Ictinaetus malayensis) burung elang jawa  (Spizaetus bartelsi)
Di Pusat Penyelamatan Satwa Cikanangan Sukabumi.
     
 Bumble foot adalah pedoderma-titis pada telapak kaki burung elang de-ngan ciri-ciri ultus, cellulitis, dan abcess pada bagian jaringan epitel atau lapisan epithelium bagian superficial yang diikuti oleh infeksi bakteri seperti Escheria coli dan Staphylococcus aureus (Reny et Mariana. 2010).
  Penyebab Terjadinya Bumble foot          
Timbulnya penyakit ini karena kurang vitamin, gigitan hewan, sanitasi kandang yang buruk, dan luka waktu penangkapan, contohnya perangkap burung, tertusuk benda tajam, dikandangkan da-lam waktu yang lama, dan kegemukan yang mengakibatkan tekanan badan terhadap kaki. (Reny et Mariana. 2010).
Kasus paling sering terjadi adalah karena terjadinya infeksi oleh Staphylococcus aureus . Penyakit inidigolongkan kepada penyakit tidak menular.
Gejala Terjadinya Bumble Foot
Pada awalnya, bumblefoot hanya membuat sisik pada kaki terlepas akibat dari adanya benjolan kecil. Akibat dari terlepasnya sisik pada kaki unggas ini, bakteri penyebab bumblefoot biasanya akan masuk ke dalam tubuh lewat sisik yang terlepas tersebut, dan menyebabkan infeksi dan peradangan dalam dan menyebabkan kaki unggas tersebut menjadi bengkak.
Gejala yang dapat dilihat adalah peradangan kaki disebabkan oleh berbagai hal yang biasanya disertai abrasi ulcerasi, pembengkakan, dan kuku patah (Reny et Mariana. 2010). Gejala klinis lainya adalah terjadinya hiperkeratosis, acathosis, luka bernanah (abses), dan kerusakan kulit padabantalan kaki.
Gambar Kaki Burung Elang Yang Terkena Bumble Foot



Pencegahan Bumble Foot
Pencegahan bumble foot dilakukan dengan menejement sanitasi yang baik, pada burung yang ditangkarkan dan dikandangkan, lantai ataupun kayu tempat burung berpijak sebsa mungkin dalam keadaan kering dan bersih serta terhindar dari adanya benda benda runcing seperti paku yang menonjol.  pemberian pakan dengan nutrisi yang lengkap danditunjang dengan pemberian vitamin untuk mencegah terjadinya defisiensi vitamin.
Pengobatan Bumble Foot
Penanganan bumble foot adalah dengan mengoperasi bagian kaki yang terserang. Obat-obat yang diberikan ada-lah Betadine yang mengandung povidine iodine 10%, ball badage yang mengandung interdigital bandage, Amoxilin 100 mg/kg berat badan P.O, Roxin (Euro-floxacin) 15 mg/kg berat badan satu kali sehari selama tujuh hari. Selain itu diberi-kan Ryrnadyl (Carfropen) 10 mg/kg P.O, Ketofer (Ketoprofen) 1-5 g untuk satu ka-li per hari selama tiga hari (Reny et Mariana. 2010).




BAB III
KESIMPULAN

·         Konservasi merupakan upaya yang dilakukan berupa tindakan pelestarian terhadap flora ataupun fauna, yang dalam setiap tindakanya berlandaskan dan dilindungi oleh Undang Undang.

·         Tindakan konservasi bertujuan untuk melindungi burung burung liar dengan status terancam punah dari kepunahan, perburuan liar, pengerusakan lahan, dan perjual belian burung liar baik dalam taraf nasional maupun internasional.

·         Penyakit yang dapat menyerang burung di lokasi konservasi antara lain adalah mikosis yang disebabkan oleh kapang Aspergillus yang umumnya menyerang organ paru dan kantung udara burung, danjuga kasus Bumblle Foot yang menyebabkan Pododermatitis umumnya pada bagian telapak kaki burung












 

DAFTAR PUSTAKA

·         Hastino, Sukardi et al. 1995Kasus aspergillosis Pada  Burung  Elang   





Jawa  (Spizaetus bartelsi) :  Isolasi Agen Penyebab dan  Gambaran Perubahan  Patologi PenyakitJurnal llm Ternak dan Veteriner Vol . l No. 2 , 123-128.

·         Sawitri, Reny et Takandjanji, Mariana. 2010.  Pengelolaan Dan Perilaku
Burung Elang  Di Pusat Penyelamatan  Satwa Cikananga, Sukabumi ( Management And  Behaviour Of Eagles At Wildlife Rescue Center Of Cikananga, Sukabumi).  Bogor :  Jurnal Penelitian  Hutan        dan Konservasi Alam Vol. VII No. 3 : 257-270 .

·         Supriatna, Jatna. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar