Oleh
:
Kelas
: 02
FAKULTAS
KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
BANDA
ACEH
2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji
hanya milik Allah
SWT. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW.
Berkat limpahan nikmat
dan rahmatNYA penyusun mampu menyelesaikan tugas ini
guna memenuhi tugas
mata kuliah Diagnosa veteriner.
Dalam penyusunan tugas
atau materi ini,
tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.
Tugas
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mengenai parasit yang
berhubungan dengan dunia kedokteran hewan,
yang disajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai
sumber informasi dan referensi. Semoga tugas ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para
mahasiswa Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas
Syiah Kuala. Saya
sadar bahwa tugas
ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari
sempurna. Untuk itu
kepada pembaca saya meminta
masukannya demi perbaikan
pembuatan tugas di
masa yang akan
datang.
Banda
Aceh, 27 Mei 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ginjal atau Ren sangat berperan dalam pemeliharaan homeostatis melalui
pengaturan keseimbangan asam basa, pemeliharaan isotonis, pengaturan PH darah
dan pembuangan metabolit akhir yang tak berguna bagi ragawi dari seluruh
rangkaian metabolisme. Selain itu ginjal memiliki peran interinsik untuk
meningkatkan tekanan darah ragawi dengan kemampuanya dalam mengaktifkan Rennin-Angiotensin-System (RES). Satuan
atau unit fungsional terkecil ginjal adalah nefron. Berdasarkan kausanya
penyakit ginjal digolongkan kedalam nephritis atau peradangan ginjal di sekitar
glomerulus, jika peradangan menyerang tubulus ginjal disebut tubulonephritis.
(Setyo widodo et al. 2011)
Secara
klinis melalui pendekatan patogenesis kerusakan fungsional ginjal dibagi
kedalam dua peristilahan penting yaitu insuffisinea
renalis dan gagal ginjal. Istilah
insuffisinea renalis merujuk atau
menekankan pada ketidakmampuan ginjal untuk berfungsi optimal ( incapable to
perform) .Ujung dari insuffisine renalis adalah keadaan
berupa gagal ginjal. Hidronefrosis merupakan
salah satu kasus pada ginjal yang umum terjadi pada hewan ternak maupun hewan
kesayangan. (Setyo widodo et al. 2011)
1.2 Tujuan
1.2.1 Mahasiswa mengerti mengenai kasus
hidronefrosis pada hewan.
1.2.2
Mahasiswa mengetahui cara mendiagnosa kasus hidronefrosis.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1
Apa yang dimaksud hidronefrosis serta
bagaimana gejala, cara mendiagnosa, dan penanganan terhadap kasus Hidronefrosis
?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis
ureter yang dihasilkan oleh obstruksi saluran keluar urine oleh batu atau
kelainan letak arteri yang menekan ureter. Pelis membesar dan terdapat
dekstrusi progresif jaringan ginjal. Lewatnya batu ginjal melalui ureter menyebabkan
nyeri intens pada inguinal. (John Gibson. 2003).
Hidronefrosis aterjadi akibat adanya
obstruksi . obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir balik
sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di urethra atau kandung
kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal. Tetapi jika obstruksi
terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, hanya satu ginjal
yang rusak. (Farid Aziz. 2008).
Batu ginjal dapat terbentuk karna
adanya pengendapan garam kalsium didalam rongga ginjal, saluran ginjal atau
kandung kemih. Batu ginjal berbentuk kristal yang tidak bisa terlarut dan
mengandung kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium. Penyebabnya karna
terlalu banyak mengkonsumsi garam mineral atau karna konsumsi air yang terlalu
sedikit. Batu ginjal tersebut dapat menyebabkan hidronefritis. Hidronefritis adalah membesarnya salah satu
ginjal akibat urine tidak dapat mengalir keluar . hal itu karna penyempitan
aliran ginjal atau tersumbat oleh batu ginjal. ( Sukis et Yani. 2008)
Hidronefrosis adalah dilatasi
piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi
pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan di
ginjal meningkat. BSK pada ginjal (nefrolithiasis) merupakan faktor pencetus
awal terjadinya hidronefrosis. Dimana nefrolithiasis dapat menimbulkan
obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih yang dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter
sehingga mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Hall. 2009).
Penyebab
Terjadinya Hidronefrosis
Hidronefrosis biasanya terjadi
akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter
dan pelvis renalis) antara lain oleh karena kelainan struktural, misalnya jika
masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi, kemudian oleh karena
lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah, adanya
batu di dalam pelvis renalis, maupun adanya penekanan pada ureter oleh jaringan
fibrosa,arteri atau vena yang letaknya abnormal ataupun tumor.
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya
penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih
dari kandung kemih batu di dalam ureter,adanya tumor di dalam atau di dekat
ureter, adanya penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan, adanya kelainan pada otot atau saraf di kandung
kemih atau ureter, adanya pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di
sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama
metisergid), adanya ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung
kemih), adanya kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ
panggul lainnya, adanya sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung
kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker.
Gejala
Hidronefrosis
Gejalanya
tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta lamanya
penyumbatan. Jika penyumbatan timbul
dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya akan menyebabkan kolik renalis (
nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk dan tulang panggul) pada
sisi ginjal yang terkena.Jika penyumbatan berkembang secara perlahan
(hidronefrosis kronis), bisa tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di
daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul.
Pada saat selesai urinasi masih terlihat tetes tetesan sisa urin yang
keluar cukup lama, hewan menjadi poliuria, dan pancaran urine terlihat melemah.
Hewan terlihat tidak puas selesai urinasi, ataupun perlu waktu menunggu untuk
kembali menyelesaikan proses urinasi. Terjadi peningkatan kadar ureum
dan kreatinin dalam darah terutama terjadi apabila sumbatan terbentuk di
kedua ureter, kiri dan kanan. Gangguan kadar elektrolit dalam darah,
dapat terjadi peningkatan dari kadar natrium dan kalium, Pemeriksaan urin
lengkap dapat menunjukkan peningkatan leukosit atau sel darah putih, eritrosit
atau sel darah merah, maupun bakteri karena disebabkan oleh infeksi atau batu
pada saluran kemih, Pemeriksaan rontgen pada ginjal dan saluran kemih dapat
menunjukkan adanya batu atau sumbatan. Walaupun tidak tampak batu di dalam
pemeriksaan rontgen ginjal dan saluran kemih, kemungkinan terjadinya batu tidak
dapat dihilangkan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya jenis batu yang
tidak dapat dilihat melalui pemeriksaan rontgen sehingga memerlukan pemeriksaan
tambahan lainnya
Cara
Mendiagnosa
Pemeriksaan melalui palpasi mungkin
dilakukan karna pada ginjal yang mengalami hidronephrosis mungkin lebih
berukuran besar dan berisi cairan, tetapi cara ini belum bisa meyakinkan bahwa
hewan terkena hidronephrosis.
Pada
setiap pemeriksaan traktus urinarius sebaiknya diawali dengan pembuatan foto
polos abdomen (FPA). Yang harus diperhatikan disini adalah kontur, ukuran, dan
posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu
radioopak dan perkapuran dalam ginjal. Interpretasi terhadap kalsifikasi
saluran ginjal harus dilakukan secara hati – hati karena flebolit dalam
kelenjar mesenterika dan vena pelvis sering disalahartikan sebagai batu ureter.
Pemeriksaan UIV akan menghasilkan sebuah gambaran yang
disebut dengan pielogram. Pada pielogram normal, akan didapatkan gambaran
bentuk kedua ginjal seperti kacang. Pemeriksaan USG ginjal merupakan
pemeriksaan yang tidak invasif. Sebelum pemeriksaan, hewan dipuasakan untuk
meminimalkan gas di usus yang dapat menghalangi pemeriksaan. Penilaian UIV
sangat dibutuhkan untuk menetukan posisi ginjal dan daerah yang perlu dinilai
lebih lanjut. Fokus transduser yang digunakan sekitar 5 cm, 2,5 – 3,5 MHz cukup
memadai. Ginjal kanan dapat diperiksa dengan pasien pada posisi supine, left
lateral decubitus, dan pronasi. Sementara untuk ginjal kiri, digunakan posisi
right lateral decubitus dan pronasi. Posisi supine tidak dianjurkan untuk
memeriksa ginjal kiri karena gambaran ginjal terganggu oleh gambaran udara
lambung dan usus. USG dapat memberikan keterangan tentang ukuran, bentuk,
letak, dan struktur anatomi dalam ginjal.
Pengobatan dilakukan berdasarkan penyebab terjadinya
hidronephrosis. Apabila disebabkan karna adanya batu maka harus dilakukan
prosaes pembedahan untuk dilakukan pengangkatan batu. Apabila karna faktor
tumor dan lainya pengobatan dilakukan sesuai dengan penyebab terjadinya
hidronephrosis.
KESIMPULAN
·
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis
ureter yang dihasilkan oleh obstruksi saluran keluar urine oleh batu atau
kelainan letak arteri yang menekan ureter
·
Batu ginjal dapat terbentuk karna adanya
pengendapan garam kalsium didalam rongga ginjal, saluran ginjal atau kandung
kemih. Batu ginjal berbentuk kristal yang tidak bisa terlarut dan mengandung
kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium. Penyebabnya karna terlalu
banyak mengkonsumsi garam mineral atau karna konsumsi air yang terlalu sedikit.
·
Gejala
klinis hidronephrosis dapat berupa Pada saat selesai urinasi masih terlihat
tetes tetesan sisa urin yang keluar cukup lama, hewan menjadi poliuria, dan
pancaran urine terlihat melemah. Hewan terlihat tidak puas selesai urinasi,
ataupun perlu waktu menunggu untuk kembali menyelesaikan proses urinasi.
·
Diagnosa hidronephrosis dapat dilakukan
dengan cara palpasi, USG, rontgen, dan pemeriksaan laboratorium terhadap profil
urin.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Azis, Farid. 2008. Panduan Pelayanan Medik.
Jakarta. EGC.
·
Hall PM. 2009. Kidney stones: formation, treatment,
and prevention. Journal Cleveland Clinic. 76:583–591.
·
Jackson, Peter.2002. Clinical Examination of Farm
Animals. Blackwell Science.
·
John. 2003. Fisiologi Dan Anatomi Modern
Untuk Perawat. Jakarta. EGC.
·
Sukis et Yani. 2008. Ilmu
Alam Sekitar. Jakarta.
Gramedia.
·
Widodo, setyo et al. 2011. Diagnostik
Klinik Hewan Kecil . Bogor. IPB
Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar